ISLAM KENAPA HARUS DARI ARAB ( MEKKAH )



Sebenarnya pertanyaan Islam kenapa harus dari arab ( Mekkah ), bagi bathin saya merupakan bagian dari pemberontakan pemikirin yang terkesan mempertanyakaan bahkan mengkritisi hak preogratif / kewenangan ALLAH pemilik segala makhluk, penggenggam langit dan bumi pencipta alam semesta dan segala isinya, baik makhluk yang nampak maupun yang tidak tampak…

bagi saya ketika ALLAH tidak menjelaskan baik dalam kitabnya ataupun melalui rasulnya, tentang kenapa Islam harus dari arab atau kenapa islam harus lahir di arab (Mekkah ), itu artinya pertanyaan itu bukanlah bagian dari subtansi ajaran Islam.
Dialah ALLAH yang maha kuasa atas segala sesuatu, yang mampu menciptakan Adam tanpa ayah ibu, dan Isa binti maryam tanpa seorang ayah.

tetapi untuk menambah rasa dari pertanyaan pertanyaan tersebut berikut saya tuangkan pendapat pendapat yang menjelaskan ttg hal tersebut,,
Sekali lagi ini hanyalah pendapat yang bersumber dari keterbatasan pemikiran manusia yang mencoba mengurai logika.. Semoga ALLAH melindungi dan mengampuni kita semua… amiin.

pertama  
Islam diturunkan dikota Makkah  karena posisi kota Makkah yang terdapat dijazirah Arabia ini sangat strategis, jika kita cermati peta dunia kita akan mendapati banyaknya benua yang menjadi pusat peradaban manusia dan jazirah Arabia terletak diantara ketiga benua besar yang sepanjang sejarah menjadi pusat peradaban manusia.

Sejak masa Rasulullah SAW posisi kita Makkah di Jazirah Arabia adalah posisi yang strategis dan tepat berada ditengah-tengah pusat peradaban dunia, bahkan dimasa itu bangsa Arab mengenal dua jenis mata uang sekaligus, yaitu dinar jenis mata uang emas yang berlaku dibarat seperti Romawi dan Yunani dan Dirham yaitu mata uang perak yang dikenal dinegeri timur yaitu Persia.

Dengan demikian ketika Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan diperintahkan menyampaikan kepada seluruh ummat manusia beliau sangat terbantu dengan posisi Jazirah Arabia yang memang sangat strategis dan tepat berada dipertemuan semua peradaban.

Alasan lainnya karena pada saat itu Makkah adalah negeri yang kering tanpa tumbuhan, sebelum Islam masuk ke Jazirah Arab para penduduk hidup disana tanpa peradaban, lalu turunnya Islam sedikit demi sedikit mengajak mereka membangun peradaban materialis dan menakjubkan dalam catatan sejarah manusia.

Pusat-pusat peradaban pun berhasil dibangun dan menjadikan peradaban mereka semakin maju, dengan demikian maka tahulah orang-orang bahwa Islam itu bukanlah agama yang sepotong-sepotong mereka yakin bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang multidimesi, Islam mengandung materi dan rohani dan bila ditanah gersang padang pasir dan disertai dengan kaum-kaum yang keras itu bisa dibangun peradaban besar dengan berbekalkan ajaran Islam maka tentu membangun peradaban yang sudah ada bukanlah hal sulit.

Pendapat selanjutnya  posisi Jazirah Arab.
Jika mencermati peta dunia, maka akan terlihat bagaimana Jazirah Arab memiliki posisi yang sangat strategis. Jazirah ini diapit oleh tiga Benua, maka akan banyak orang yang lalu-lalang baik dari Timur maupun Barat. Tidak heran jika dalam sejarah Islam selalu tergambar adanya perdagangan mengingat posisinya yang cukup nyaman. Dengan demikian Islam mudah tersebar.
Faktanya, uang di Jazirah Arab ketika itu adalah dinar dan dirham. Dua uang tersebut memiliki fungsi untuk perdagangan yang melampaui batas-batas wilayah. Dinar berlaku di Barat atau Romawi, sedangkan Dirham berlaku di negeri Timur seperti Persia.
 Dua peradaban tersebut adalah peradaban yang cukup kuat di dunia ketika itu.

Bahasa Arab.
Tidak mungkin sebuah ajaran agama diturunkan dengan bahasa berbeda untuk objeknya. Oleh sebab itu Islam pun menggunakan bahasa Arab ketika turun di Jazirah Arab. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang gaya bahasanya tetap bertahan sepanjang masa. Bandingkan dengan bahasa salah satu daerah di Indonesia yang beberapa sudah mulai terkikis hilang. Bahasa Arab tidak. Ia merupakan bahasa tertua di dunia. Bahasa para pendahulu. Bahasa Arab juga salah satu bahasa terkaya di dunia. Dua huruf saja bisa membentuk lebih dari lima kata lebih. Sehingga kandungan agama yang memiliki banyak ajaran bisa terangkum di dalamnya. Belum lagi karakter bahasa arab yang seringkali menggunakan pengibaratan ketika menjelaskan dengan maksud lebih dipahami oleh pendengarnya, hal ini menjadikan bahasa Arab sebagai media sempurna bagi agama Islam.
Karakter orang arab.
Orang Arab hidup di tengah-tengah gurun pasir yang menjadikannya tidak banyak terkontaminasi dari budaya-budaya lain. Kemurnian sifat-sifat semacam kejujuran, keadilan, saling menghormati, menepati janji, musyawarah menjadi cukup tinggi. Nilai-nilai kemanusiaan cenderung masih tertanam.
Hal-hal tersebut pada akhirnya mendukung tertananamnya nilai-nilai keislaman yang cukup kuat dalam diri mereka. Sehingga orang arab menyampaikan sesuatu apa adanya dengan penuh kejujuran yang tinggi. Sehingga kemungkinan sangat kecil ayat-ayat diputarbalikkan. Apa yang mereka terima, mereka sampaikan. Bahkan bukan hanya agama Islam yang turun di Jazirah Arab, tapi agama lain seperti Yahudi juga diturunkan di Jazirah Arab. Ingat, tanah Palestina yang dijuluki negeri para nabi dan rasul

Jiwa pedagang.
Pedagang memiliki kelebihan dalam kemampuan berkomunikasi dan kemampuannya memiliki banyak relasi atau pertemanan. Sehingga dirasa paling tepat sebagai dai yang menyebarkan agama Islam. Belum lagi jiwa pedagang yang memang sering bepergian melewati batas-batas daerah sendiri. Hal ini kemudian menjadikan Islam dengan cepat tersebar. Faktanya, salah satu teori menyebarnya Islam di Indonesia adalah adanya pedagang dari Gujarat yang melakukan pola interaksi intensif di pesisir-pesisir Indonesia.
Adanya rumah ibadah pertama.
Di jazirah Arab ada ka’bah yang merupakan rumah peribadatan pertama. Sehingga banyak orang yang ingin beribadah hadir di sekelilingnya. Ramainya ka’bah bisa terlihat dari kisah Abrahah yang ingin menghancurkan ka’bah karena keramaian rumah ibadah tersebut. Oleh sebab itu umat manusia beragama di masa dahulu berasal dari wilayah tersebut.


Dugaan lebih lanjut tentang alasan turunnya Islam di Arab berkaitan dengan persoalan bahasa. Kitab suci Islam dan Sunnah Nabi, yang merupakan sumber dan pokok seluruh ajaran Islam, dituturkan dalam bahasa Arab. Jangan-jangan ini disebabkan oleh kesempurnaan atau keistimewaan bahasa Arab sehingga dapat menjadi sarana yang baik untuk menjelaskan Islam secara tepat dan efektif, tanpa bias yang signifikan. Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa ia diturunkan dalam bahasa Arab yang amat efektif untuk menjelaskan dan menerangkan (bilisanin ‘arabiyyin mubin).

Barangkali ada juga yang ingin mengatakan bahwa Islam diturunkan di Arab karena Arab saat itu terletak dalam apitan dua adikuasa sekaligus mercusuar peradaban dunia, yakni Romawi mewakili dunia Barat dan Persia mewakili dunia Timur. Meskipun berada dalam apitan keduanya, tanah Arab tempat Islam diturunkan diakui oleh para sejarawan sebagai tanah yang tak terjamah, dalam pengertian belum sempat terjajah, terlepas dari kondisi geografisnya yang memang tidak menarik hasrat kaum penjajah. Karena masyarakat Arab belum pernah dijajah maka mereka pun belum sempat tenggelam dan larut dalam pemikiran, ideologi, dan mitos yang disusupkan oleh kaum penjajah.
Karena itulah maka masyarakat Arab saat itu disebut sebagai masyarakat ummi. Barangkali akan lebih mudah menyebarkan pemikiran dalam suatu masyarakat yang pemikirannya masih relatif sederhana dan belum sarat dengan ideologi produk manusia, daripada melakukannya dalam suatu masyarakat yang sudah menganut berbagai pemikiran yang beraneka ragam. Dalam kondisi yang belakangan disebut, sangat dimungkinkan akan terjadi diskursus yang lebih alot.

Secara psikologis, para sosiolog mengatakan bahwa masyarakat Arab saat itu adalah masyarakat yang merdeka dalam berpikir, menjunjung tinggi harga diri, dan tidak suka terbelenggu dibawah pengaruh orang lain, meskipun di sisi lain mereka memiliki fanatisme kesukuan yang sangat tinggi. Kemerdekaan berpikir ini barangkali akan sangat kondusif bagi diterimanya pemikiran Islam yang masih asing bagi mereka. Namun perlu dicatat bahwa meskipun masyarakat Arab saat itu memiliki kemerdekaan berpikir yang cukup besar namun mereka juga sangat suka berlaku taqlid (dogmatis).
Berbagai dugaan yang dikemukakan diatas memang cukup divergen, karenanya tidak harus disimpulkan atau dikerucutkan.
Dewasa ini, banyak orang yang secara kritis ingin melakukan pemilahan antara Islam yang sebenarnya dan nilai-nilai kearaban yang sebetulnya bukan kekhasan ajaran Islam. Mereka beranggapan bahwa nilai-nilai kearaban tidak bersifat universal, berbeda dengan materi Islam yang bersifat universal.

Apabila Islam ketika masih berada di langit sudah mencanangkan sistem ajaran tertentu sementara di bumi terdapat suatu wilayah dan masyarakat yang sedikit banyak sudah bersesuaian dengan sistem di langit tersebut, maka tindakan yang paling efisien adalah menurunkan sistem langit tersebut di bagian bumi tersebut. Bagaimana jika bagian bumi yang memiliki persesuaian paling banyak adalah Arab? Tentu saja karenanya kita tidak perlu membedakan antara nilai-nilai regional yang ada dan nilai-nilai langit yang bersifat baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Dalam kondisi semacam ini, nilai-nilai yang awalnya bersifat regional pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang dimaksudkan untuk menjadi nilai-nilai universal dan interregional, bagi semua manusia.

Apabila pemikiran yang belakangan ini kita terima, bukan berarti kemudian secara total kita mesti menganggap bahwa segala yang berasal dari Arab adalah Islam. Dalam tataran dan batas-batas tertentu, memang ada hal-hal Arab yang memang khas Arab dan tidak untuk selain Arab. Apabila ini menyangkut aspek ruang maka parsialitas juga berlaku dalam aspek waktu. Tidaklah semua yang ada pada masa lalu itu harus ada pula pada masa sesudahnya (masa kini misalnya). Apabila dahulu orang bepergian jauh dengan unta, maka sekarang kita tidak harus melakukannya dengan cara yang sama pula. Dalam hal ini, kita harus bisa membedakan antara kawasan bid’ah dan yang bukan. Wallahu a’lamu bish-shawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *